Kamis, 17 Maret 2011

Kepemimpinan Guru dalam Pendidikan


Kepemimpinan Guru dalam Pendidikan
Kepemimpinan guru dalam pendidikan amat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Sekarang ini, kiprah guru sebagai teladan seolah luluh oleh keegoisan anak didik, pengaruh kemajuan teknologi, dan juga keapatisan guru. Andaikata setiap guru menjalankan lima jenis kepemimpinan dalam pendidikan, maka guru akan menjadi pahlawan abadi di hati anak didik.
Lima hal yang harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan yaitu menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang zaman. Ki
Hajar Dewantara merupakan salah satu contoh sosok yang berdedikasi sebagai guru, pendidik, pembimbing dan pejuang yang hingga hari ini terus terpatri dan abadi di masyarakat Indonesia.
Sebagai sosok yang disukai dan menyukai siswa, seorang guru secara fisik hendaknya bisa menyenangkan hati siswa. Ini bisa dimulai dari cara berpakaian, berbicara, dan tidak pelit bercanda ria. Kadang juga perlu bagi seorang guru untuk berbagi cerita dengan siswa sehingga tidak ada jarak antar keduanya. Meski guru juga tetap bersikap hati-hati dan tetap arif dalam menempatkan diri sebagai orang tua kedua siswa.
Sebagai sosok yang mampu dipercaya atau amanah, seorang guru harus memberi materi pembelajaran secara benar. Sebab perkataan seorang guru ibarat senjata bagi siswa yang akan dibawanya sepanjang umur. Untuk menumbuhkan sikap saling percaya, guru harus menempatkan siswa sebagai sosok yang memiliki kemampuan. Tugas guru adalah menggali serta mengembangkan potensi itu agar menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Menghargai kerja keras dalam proses belajar-mengajarnya dan siswa pun merasa dihargai dan dipercaya sehingga menimbulkan kepercayaan pada sosok gurunya. Adapun sikap yang dikembangkan berupa pemberian tanggung jawab, memperbaiki kesalahan siswa dan selalu menggali kemampuan yang dimiliki siswa dengan memperhatikan perbedaan kemampuan masing-masing siswanya.
Selain dapat dipercaya, guru juga sebagai motivator yaitu guru harus mampu membimbing dan memberi semangat siswa-siswinya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar siswanya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya.
Dengan demikian sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan, sikap memberi dan mendahulukan kepentingan siswa/ umum menjadi teladan dalam prilaku akan menjadikan panutan pengikut-pengikutnya atau siswa-siswi itu dengan sendirinya.Dalam pembelajaran di kelas jangan sungkan-sungkan memberikan pujian,penghargaan untuk merangsang kemajuan belajarnya sampai siswa itu benar-benar merasa berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun teman-temanya. Jika mereka melakukan kesalahan arahkan dengan bijak.
Sebagai guru harus jeli, apa yang diinginkan anak didiknya dan tidak pelit terhadap nasehat. Tumbuhkan impian suksesnya dan kembangkan rasa percaya diri dan keberaniannya. Selain itu pemimpin yang hampir sempurna adalah pemimpin yang berkepribadian yang baik (akhlakhul karimah ) maka guru yang diharapkan adalah pribadi yang mampu mengenal dirinya sendiri karena dengan mengenal kekuranga-kekuranganya pasti kita akan mampu memperbaiki nya dan menyadarinya sehingga mau menerima masukan atau kritikan, terus belajar dan mengenal kelebihan dirinya dan mampu mentransperkan ilmunya kepada anak didiknya sehingga generasi kita akan lebih baik dan sukses karena guru telah mampu menyaring dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanan masa depan siswa-siswinya.
Menahan hawa nafsu juga tak kalah penting dalam mewujudkan guru yang berkepribadian baik, bersikap demokratis, tidak sewenang-wenang karena merasa lebih pintar, lebih tua, dan berpengalaman. Kadang-kadang guru tidak mau dikritik atau pun belajar.
Guru yang abadi adalah guru yang mampu diingat sepanjang masa oleh siswa-siwinya, diukir dalam sanubarinya sampai dia dewasa. Bila siswa-siswi kita selalu mengingat, meneladani dan melaksanakan petuah serta berhasil dalam akademik, berarti siswa itu sudah mengenang dan mengabadikan gurunya. pembelajaran yang dilakukuan dikelas semasa kecilnya terukir abadi di hatinya.sikap abadi ini menunjukan adanya penyatuan dari gabungan sikap-sikap yang telah diterimanya selama ini baik secara intelegensi atau pun emosinya.dengan demikian guru sebaiknya memilki 5 tahapan tersebut dan bila kita sudah mampu melakukanya insyaalah kita akan menjadi guru yang abadi dihati siswa-siswinya.
Bila guru sudah mampu meraih kelima jenis tahapan kepemimpinan pendidikan tersebut maka guru tersebut akan mampu menciptakan generasi penerus yang sehat, berintelektual dan memiliki emosi yang baik sehingga prestasi akan mudah diraih karena pada dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan dan kelebihan. Hanya saja guru sebaiknya dapat mengasah dan membantu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya sampai anak dapat meraih impian dan cita-citanya sesuai dengan perkembangannya. Maka jadilah guru sebagai pemimpin pendidikan yang disukai, dipercaya, didengar bimbinganya, diteladani kepribadianya dan dikenang sepanjang nafasnya. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2025069-kepemimpinan-guru-dalam-pendidikan/
Guru. Sejak dulu penulis sering kali mendengar bahwa kata ‘guru’ merupakan singkatan dari gugu dan tiru. Lalu penulis juga seringkali mendengar alasan seseorang menjadi guru adalah suatu panggilan hidup.
Tapi, apakah makna-makna dari kata ‘guru’ yang  sebelumnya penulis ungkapkan, masih relevan dengan kenyataan yang ada dalam dunia pendidikan saat ini?
Belum genap tiga tahun penulis belajar untuk berperan sebagai guru. Penulis pun menyadari, masa yang singkat itu belum cukup memadai untuk bisa menuangkan sepenggal pengalaman seorang guru dalam sebuah tulisan.
Suatu ketika penulis pernah merenungkan mengenai peran yang digeluti hampir tiga tahun belakangan ini. Kemudian memori penulis pun kembali menyadarkan bahwa salah satu cita-cita saat masih duduk di Sekolah Dasar adalah menjadi seorang guru. Ketika itu penulis melihat bahwa seorang guru adalah seorang yang sangat hebat karena mengetahui banyak hal. Guru pun bisa membuat penulis tidak kehilangan figur orangtua ketika menuntut ilmu di sekolah.
Namun kini, saat penulis terjun langsung dalam dunia pendidikan kemudian mendapat peran sebagai seorang guru dan juga peran lain yang banyak bersentuhan dengan para guru, penulis pun mempertanyakan kembali hakikat di balik peran tersebut.
Guru, sebuah peran yang membuat seseorang menjadi figur teladan bagi anak-anak didiknya, bahkan bagi masyrakat sekitar tempat ia tinggal, kadang sulit untuk kita temukan di masa sekarang ini.
Guru, yang sering dikatakan sebagai panggilan hidup seseorang, sehingga ia rela untuk bergelut dalam lika-liku dunia pendidikan, kadang membuat hidupnya tidak “hidup” lagi, karena pada akhirnya hanya dimaknai melalui kaca mata lahiriah, yaitu sebagai pengguguran tanggung jawab dan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Suatu kali pernah seorang siswa bercerita kepada penulis dengan raut wajah yang tidak seceria seperti biasanya. Ia merasa tersudutkan tatkala harus mengerjakan susulan tes di sebuah ruang guru, lalu kemudian para guru membicarakan tentang masalah yang terjadi di kelas siswi ini. Saat itu, siswi tersebut juga dipersalahkan atas masalah yang terjadi di kelasnya, karena ia menjabat sebagi ketua kelas. Kita bisa bayangkan bagaimana perasaan siswi itu, padahal ia harus memeras otaknya untuk mengerjakan susulan tes.
Hal penting yang juga sering dilakukan guru adalah memberikan label terhadap anak didiknya, atau membanding-bandingkan antara siswa yang satu dengan yang lain. Tidak jadi masalah jika label yang diberikan adalah label-label positif sehingga mengangkat harga diri anak. Namun yang terjadi adalah pelabelan negatif seperti tukang ribut, tukang nyontek, tukang telat, dan lainnya. Hal ini malah akan memperkuat perliaku negatif anak yang mungkin saat itu hanya muncul sekali. Bahkan lebih parahnya, jika anak sebelumnya tidak berperilaku negatif seperti apa yang dilabelkan, akan membuat anak menampilkan sesuai label yang disandangnya.
Ada satu anak yang awalnya bersikap wajar terhadap salah satu peljaran, dan ia bisa memahami pelajaran tersebut. Namun suatu ketika guru yang bersangkutan memberikan label yang negatif dan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati si anak. Setelah kejadian tersebut, anak itu jadi sulit untuk tetap bisa mngikuti pelajaran tadi dengan baik karena memendam kebencian terhadap guru yang mengajar.
Pembandingan yang terkadang dilakukan oleh guru, baik antar siswa maupun antar kelas, juga membuat aanak didik kita tumbuh dan berkembang kurang optimal. Hal ini disebabkan mereka terkungkung dalam kondisi yang tanpa disadari diciptakan oleh para pendidik mereka.
Jika kita, para guru atau pendidik, mau berkaca tentang kepantasan kita menyandang peran tersebut, maka  kaca terbaik adalah kondisi anak-anak didik kita sehari-hari.
Bila kita menjumpai ada anak-anak didik kita berkata-kata kasar, berperilaku negatif, tidak jujur, pemberontak, menyakiti hati temannya, memfitnah maupun menjatuhkan temannya, tidak bisa menghargai sesamanya bahkan gurunya, maka yang harus kita lakukan pertama kali adalah bertanya kepada hati kita ”apakah kita melakukan hal yang serupa?”. Jangan heran jika  di masa sekarang kita bisa melihat anak-anak didik berunjuk rasa, karena mereka pun menyaksikan para pendidik mereka berunjuk rasa di jalan.
Saat ini sepertinya bukan saatnya lagi guru harus dianggap sebagai sosok yang sangat berkuasa dan harus ditakuti oleh anak-anak didiknya di sekolah. Seandainya kita mau memperluas samudera pengertian mengenai anak-anak didik kita, maka kita akan menemukan bahwa mereka adalah anak-anak yang butuh disayangi, dijadikan sebagai teman, dan dianggap ada oleh para pendidiknya, yaitu guru dan orangtua. Kalaupun mereka melakukan sesuatu yang kita anggap kurang tepat, ajak mereka untuk bisa mengembangkan potensi dalam memperbaikinya, bukan dengan menghakiminya. Kita sudah selayaknya lebih bersikap bijaksana dan dewasa, karena secara usia dan pengalaman, kita jelas memiliki jumlah yanng lebih banyak dari anak-anak didik kita.
Saat kita memutuskan berangkat dari rumah untuk  memberikan pencerahan kepada anak-anak didik kita di sekolah, pastikanlah kondisi kita dalam kondisi yang positif dan dengan hati serta niat yang suci. Dengan begitu, pencerahan yang nanti kita berikan akan bisa diterima dengan baik oleh anak-anak didik kita tercinta.
Pendidikan tidak hanya tentang memindahkan ilmu dari kepala kita ke dalam kepala mereka. Tapi juga mengenai bagaimana kita berinteraksi, memberikan teladan yang baik, serta membentuk pribadi anak-anak didik kita menjadi pribadi yang mulia. Sang Maha Mulia pada akhirnya akan meminta pertangungjawaban kita terhadap apa yang telah kita berikan terhadap anak-anak didik kita, serta perubahan apa yang telah kita lakukan terhadap mereka.
Penyebutan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, benar adanya. Meskipun ada balas jasa yang ia terima, tidak akan cukup membayar jerih payahnya dalam mendidik anak-anak didiknya menjadi pribadi yang mulia. Namun Sang Maha Pengasih tidak pernah salah menghitung tiap amal hamba-Nya.
Tapi bukan berarti istilah pahlawan tanpa tanda jasa mengijinkan mereka yang berwenang bisa berlaku semaunya terhadap para pahlawan ini. Karena mereka pun seorang manusia, yang perlu dimanusiakan dan dianggap ada. Jadi meskipun pada awalnya para pahlawan tersebut berangkat dengan niat yang tulus, namun dalam perjalanannya ada tuntutan-tuntutan hidup yang terkadang sedikit mengotori niat tulus itu. Dengan demikian perlu ada saling empati, pengertian, respek, serta kerja sama yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, jika kita ingin membentuk manusia yang mulia. Penulis jadi teringat perkataan salah seorang teman, ”Guru bukanlah segalanya, namun segalanya berawal dari guru”.
Terima kasih penulis haturkan kepada para guru yang telah terlibat dalam kehidupan penulis hingga saat ini. Syukur kupanjatkan pula pada Engkau Yang Maha Menguasai Ilmu, atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa bersentuhan dengan dunia pendidikan.

TERJADINYA PENYAKIT KANKER


TERJADINYA PENYAKIT KANKER
BAGAIMANA TERJADINYA KANKER
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Juga sering disebutkan bahwa Kanker adalah suatu penonjolan atau pertumbuhan tidak wajar yang dapat terjadi pada setiap bagian tubuh.
Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh.
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.
Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Dalam suatu proses dimana sebuah sel normal menjadi sebuah sel ganas, pada akhirnya DNA dari sel tersebut akan mengalami perubahan.
Perubahan dalam bahan genetik sel sering sulit ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui dari adanya suatu perubahan dalam ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu.
Misalnya suatu kromosom abnormal yang disebut kromosom Philadelphia ditemukan pada sekitar 80% penderita leukemia mielositik kronik.
Perubahan genetik juga telah ditemukan dalam tumor otak dan kanker usus besar, payudara, paru-paru dan tulang.
Mungkin diperlukan serangkaian perubahan kromosom untuk terjadinya kanker.
Penelitian pada poliposis familial usus besar (kelainan usus herediter berupa pertumbuhan polip yang berubah menjadi ganas), telah membawa kita kepada suatu dugaan bagaimana hal ini terjadi pada kanker usus besar.
Lapisan usus besar yang normal mulai tumbuh secara aktif (hiperproliferasi), karena sel-selnya tidak lagi memiliki gen penekan pada kromosom 5 yang dalam keadaan normal mengendalikan pertumbuhan lapisan tersebut.
Selanjutnya perubahan yang ringan dalam DNA mempermudah terbentuknya adenoma (tumor jinak).
Gen lainnya (onkogen RAS) menyebabkan adenoma tumbuh lebih aktif.
Hilangnya gen penekan pada kromosom 18 selanjutnya akan merangsang adenoma dan pada akhirnya hilangnya gen pada kromosom 17 akan merubah adenoma yang jinak menjadi kanker.
Perubahan tambahan lainnya bisa menyebabkan kanker menyebar luas ke seluruh tubuh (metastase).
Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan sering dapat merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipatganda dan menjadi suatu kanker.
Kanker cenderung terjadi jika sistem kekebalan tidak berfungsi secara normal, seperti yang terjadi pada penderita .AIDS, orang-orang yang menggunakan obat penekan kekebalan dan pada penyakit autoimun tertentu.
Tetapi sistem kekebalan tidak selalu efektif, kanker dapat menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan berfungsi secara normal.
Karsinogen : Bahan Kimia Yg Dapat Menyebabkan Kanker
Bahan Kimia
Jenis Kanker
Arsen
Paru-paru
Asbes
Paru-paru, pleura
Amin aromatik
Kandung kemih
Benzen
Leukemia
Krom
Paru-paru
Nikel
Paru-paru, sinus hidung
Vinil klorida
Hati
Alkohool
Kerongkongan, mulut, tenggorokan
Sirih
Mulut, tenggorokan
Tembakau
Kepala, leher, paru-paru, kerongkongan, kandung kemih
Agen alkilating
Leukemia, kandung kemih
Dietilstilbestrol
Hati, vagina (jika pemaparan terjadi sebelum lahir)
Oksimetolon
Hati
Torotras
Pembuluh darah
FAKTOR RESIKO KANKER
Sekumpulan faktor genetik dan lingkungan meningkatkan resiko terjadinya kanker.
Salah satu yang penting adalah riwayat keluarga. Beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Misalnya resiko wanita untuk menderita kanker payudara meningkat 1,5-3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.
Beberapa kanker payudara berhubungan dengan suatu mutasi genetik yang khas, yang lebih sering ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan keluarga.
Wanita dengan mutasi gen ini memiliki peluang sebesar 80-90% untuk menderita kanker payudara dan 40-50% untuk menderita kanker indung telur.
Para peneliti telah menemukan bahwa 1% dari wanita Yahudi Ashkenazi memiliki mutasi gen ini.
Kanker lainnya yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah kanker kulit dan kanker usus besar.
Kelainan kromosom meningkatkan resiko terjadinya kanker.
Misalnya seseorang dengan sindroma Down, yang memiliki 3 buah kromosom 21, memiliki resiko 12-20 kali lebih tinggi untuk menderita leukemia akut.
Sejumlah faktor lingkungan meningkatkan resiko terjadinya kanker.
Salah satunya yang paling penting adalah merokok sigaret. Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara) dan kandung kemih.
Pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit.
Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar X, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom dan bisa menjangkau jarak yang sangat jauh.
Misalnya orang yang selamat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya leukemia.
Pemaparan oleh uranium pada pekerja tambang telah dihubungkan dengan terjadinya kanker paru-paru 10-20 tahun kemudian, resiko semakin tinggi jika para penambang juga merokok.
Pemaparan jangka panjang terhadap radiasi ionisasi mempengaruhi seseorang untuk menderita kanker sel darah, termasuk leukemia akut.
Makanan adalah faktor resiko penting lainnya untuk kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan.
Diet tinggi serat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker usus besar.
Diet yang banyak mengandung makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung.
Mengurangi lemak sampai kurang dari 30% dari kalori total, akan mengurangi resiko terjadinya kanker usus besar, payudara dan protat.
Peminum alkohol memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya kanker kerongkongan.
Banyak bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker dan bahan kimia lainnya banyak yang dicurigai sebagai penyebab kanker.
Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker setelah beberapa tahun kemudian.
Misalnya pemaparan asbes bisa menyebabkan kanker paru-paru dan mesotelioma (kanker pleura).
Resiko ini akan lebih besar jika pekerja asbes juga adalah seorang perokok sigaret.
Resiko terjadinya kanker juga bervariasi berdasarkan tempat tinggal seseorang.
Resiko terjadinya kanker usus besar dan payudara di Jepang adalah rendah, tetapi resiko ini meningkat pada orang-orang Jepang yang tinggal di Amerika dan pada akhirnya akan memiliki resiko yang sama besarnya dengan penduduk Amerika lainnya.
Orang Jepang memiliki angka kejadian kanker lambung yang sangat tinggi; tetapi pada orang Jepang yang lahir di Amerika angka ini lebih rendah.
Variasi geografik dalam resiko kanker ini agaknya melibatkan banyak faktor, yaitu gabungan dari genetik, makanan dan lingkungan.
Beberapa virus menyebabkan kanker pada manusia dan virus lainnya dicurigai sebagai penyebab kanker.
Virus papilloma yang menyebabkan kutil genitalis agaknya merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita.
Virus sitomegalo menyebabkan sarkoma Kaposi.
Virus hepatitis B bisa menyebabkan kanker hati, meskipun karsinogen ataupun promotornya tidak diketahui.
Di Afrika, virus Epstein-Barr menyebabkan limfoma Burkitt, sedangkan di Cina virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Jelas terlihat, bahwa beberapa faktor tambahan (lingkungan atau genetik), diperlukan untuk terjadinya kanker yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr.
Beberapa virus retro manusia, misalnya virus HIV, menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.
Infeksi oleh parasit Schistosoma (Bilharzia) bisa menyebabkan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Tetapi penyebab iritasi menahun lainnya tidak menyebabkan kanker.

PROSES TERBENTUKNYA KANKER

Kanker adalah penyakit yang ditakuti karena keganasannya. Namun, kanker bukanlah penyakit yang terjadi dalam waktu singkat. Perlu proses yang cukup panjang untuk merubah sel normal menjadi sel kanker. Dengan mengetahui proses pembentukannya dan faktor-faktor yang memicunya, diharapkan kamu bisa melakukan pencegahan.
Tubuh kita terdiri badan dan anggota badan yang dihubungkan oleh pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh limfa. Anggota badan tersusun dari sel-sel yang berukuran sangat kecil ( seperseratus mili meter ), yang memiliki bentuk hampir sama, namun memiliki fungsi yang berbeda.

Seperti sel darah putih, yang berfungsi melawan kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh. Sel darah merah, berfungsi mengangkut oksigen dalam darah. Keping darah berfungsi untuk membekukan darah supaya tidak terjadi pendarahan.

Didalam sel terdapat organel yang salah satunya, adalah inti sel yang berisi gen atau DNA. DNA adalah materi genetika yang dikenal sebagai pembawa sifat keturunan. Kanker berasal dari satu sel gen yang mengalami kerusakan.

Sel gen yang mengalami kerusakan dapat menjadi liar dan berkembang tanpa henti, sehingga dari satu sel menjadi jutaan sel dan membentuk jaringan baru. Jaringan baru itu disebut tumor atau kanker.

C:\Users\Toshiba\Documents\pelarut organik\mengetahui-proses-terbentuknya-kanker_files\tahap%20kanker.JPG
Gen dalam sel ada yang disebut gen kanker ( oncogen ), gen penekan tumor ( tumor suppressor gen ), dan gen yang bertugas memperbaiki gen yang rusak, yaitu repair gen. Bila salah satu dari gen tersebut mengalami kerusakan, maka bisa menjadi kanker.

Kerusakan pada materi gen atau biasa disebut sebagai mutasi gen dapat terjadi melalui beberapa cara, baik internal maupun eksternal.

Faktor Internal

Terjadi kesalahan replikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang baru.

Merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini.

Bila seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan lebih dulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Hanya saja individu pembawa sel genetika yang salah, memang lebih beresiko terkena kanker daripada yang tidak memiliki mutasi gen yang salah.

Faktor mutasi gen secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal. Jadi, sekalipun tidak 100%, sebenarnya kanker dapat kita cegah atau hindari dangan menghindari faktor eksternal.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak gen adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi, dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi.

Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan, seperti pengawet dan pewarna makanan.

Cara memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Daging atau ikan yang dipanggang hingga gosong, mengandung zat kimia seperti benzo-a-piren, amin heterosoklik, dioxin, dll.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya racun aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.

Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.

Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel
Setiap benjolan yang keras, tidak sakit dan tumbuh perlahan-lahan pada salah satu bagian tubuh, kemungkinan besar merupakan kanker. Penyakit ini berbahaya dan sering kali memerlukan operasi/pembedahan oleh para medis.
Ketika mengetahui salah seorang anggota keluarga menderita kanker, sebaiknya tidak usah terlalu panik karena penyakit ini sama halnya dengan penyakit lain.
Ada sekitar 100 tipe kanker, dari stadium rendah yang bisa disembuhkan ataupun stadium lanjut yang membutuhkan perawatan insentif. Nama kanker berdasarkan organ atau sel tipe apa yang terkena kanker.
A.      Penyebab Kanker 
Penyakit kanker berhubungan erat dengan kondisi sel, unit dasar kehidupan manusia. Untuk mengetahui kanker, harus diketahui terlebih dahulu apa yang terjadi pada sel normal hingga menjadi sel kanker.   
Tubuh terdiri dari banyak sel. Masing-masing sel tumbuh dan mati dan dikontrol oleh suatu sistem rumit sehingga setiap harinya bisa berregenerasi. Ini dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan kesehatan tubuh.    
Sering kali proses ini akan mengalami kegagalan. Material genetik sel (DNA) bisa saja rusak dan berubah, memproduksi gen mutasi yang berakibat buruk pada pertumbuhan sel. Jika ini terjadi, sel tidak dapat mati saat dibutuhkan dan sel baru tidak terbentuk maka inilah asal muasal terjadinya kanker.
B.       Jenis-jenis kanker:
  1. Kanker pada kulit

    Kanker kulit paling sering terjadi pada orang-orang yang berkulit cerah dan yang sering berjamur di bawah terik matahari. Biasanya kanker ini timbul pada tempat-tempat yang paling terkena sinar matahari, terutama: telinga, tulang pipi, pelipis, hidung, dan bibir.

    Penyakit ini terdiri atas berbagai bentuk. Biasanya mulai terjadi sebagai suatu cincin kecil dengan warna seperti mutiara dan disertai sebuah lubang di tengahnya. Kebanyakan kanker
    kulit tidak berbahaya jika diobati pada saat yang tepat dan tidak diperlukan operasi bedah untuk menanganinya.
  2. Kanker Payudara

    Penyakit ini cukup sering ditemukan pada
    wanita dan selalu merupakan penyakit yang berbahaya.

    Tanda-tanda
    kanker payudara :
    - Penderita menemukan suatu benjolan di sekitar payudara
    - Payudara menunjukkan suatu lekukan atau cekungan yang tidak wajar (abnormal) atau banyak lekukan kecil-kecil seperti
    jeruk
    - Sering kali terdapat kelenjar getah bening yang membesar tetapi tidak sakit pada ketiak
    - Benjolan tumbuh secara perlahan-lahan
    - Biasanya pada permulaan benjolan tidak sakit atau tidak terasa, baru beberapa waktu kemudian timbul rasa sakit.
  3. Kanker rahim atau indung telur

    Kanker rahim (uterus), leher rahim (
    cervix) atau indung telur (ovarium) paling sering dijumpai pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun. Tanda pertama yang mungkin adalah kekurangan darah (anemia) atau perdarahan pada jalan lahir yang tidak dapat dijelaskan. Selanjutnya ditemukan suatu benjolan yang sakit pada perut.
  4. Kanker kolon

    Jenis kanker yang menyerang
    usus sehingga merusak metabolisme pada sistem pencernaan.
  5. Kanker tulang (Sarcoma)

    Kanker ini terjadi p
    ada tulang, jaringan lemak, otot, dan darah.
  6. Kanker darah (leukimia)

    Berawal dari pertumbuhan darah putih yang tidak normal, leukimia menyerang sistem metabolisme darah sehingga sistem imunitas si penderita menurun drastis.
  7. Lymphoma

    Kanker ini menyerang sel imunitas tubuh.
  8. Kanker ginjal
http://www.freetaskatcampuss.co.cc/

Pembuatan natrium karbonat (Na2CO3) dengan metode solvay


Pembuatan natrium karbonat (Na2CO3) dengan metode solvay
Natrium karbonat Na2CO3
Na2CO3 (Natrium Karbonat) dibuat dengan proses Solvay
Metode pembuatan Na2CO3 ini dikembangkan oleh Ernest Solvay (1838–1922) dari Belgia sebagai bahan bakunya adalah batu kapur CaCO3.
- Batu kapur dipanaskan untuk memperoleh gas CO2
CaCO3(s) à CaO(s) + CO2(g)  (panas)
CO2(g) + H2O(l) à H2CO3(aq)
H2CO3(aq) + NH3(g) à NH4HCO3(aq)
NH4HCO3(aq) + NaCl(aq) à NaHCO3(s) + NH4Cl
Endapan NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) dipisahkan dengan penyaringan kemudian dipanaskan
2 NaHCO3(s) à Na2CO3(s) +H2O(g) + CO2(g)  (panas)
Kegunaan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Na2CO3 digunakan dalam proses pembuatan pulp (bubur kayu), kertas, sabun, detergen, kaca, dan untuk melunakkan air sadah.
Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan natrium karbonat Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih canggih (seperti gelas).
Di waktu lampau soda didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat K2CO3, yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu. Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya metoda sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali bahwa soda dan garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam. Di awal abad 19, suatu proses baru dikembangkan: natrium sulfat yang merupakan produk samping produksi asam khlorida (yang digunakan untuk serbuk pengelantang, bleaching), batu bara dan besi dinyalakan. Namun, hasilnya, rendah dan tidak cocok untuk produksi skala besar .
Inventor Perancis Nicolas Leblanc (1742-1806) mendaftar suatu kontes yang diselenggarakan oleh Académie des Sciences, untuk menghasilkan secara efektif soda dari garam. Esensi dari prosesmua adalah penggunaan marmer (kalsium karbonat) sebagai ganti besi.
Na2SO4 + 2C –> Na2S + 2CO2 (11.1)
Na2S + CaCO3 –> Na2CO3 + CaS (11.2)
2NaCl + H2SO4 –> Na2SO4 + 2HCl (11.3)
Proses Leblanc dapat menghasilkan soda dengan kualitas lebih baik daripada metoda sebelumnya. Namun, proses ini menghasilkan sejumlah produk samping seperti asam sulfat, asam khlorida, kalsium khlorida, kalsium sulfida dan hidrogen sulfida. Bahkan waktu itu pun, pabrik menjadi target kritik masyarakat. Peningkatan kualitas proses Leblanc sangat diperlukan khususnya dari sudut pandang penggunaan ulang produk sampingnya, yang jelas akan menurunkan ongkos produksi.
Satu abad setelah usulan proses Leblanc, inventor Belgia Ernest Solvay (1838-1922) mengusulkan proses Solvay (proses soda-amonia), yang lebih maju dari aspek kimia dan teknologi. Telah diketahui sejak awal abad 19 bahwa soda dapat dihasilkan dari garam denagn amonium karbonat (NH4)2CO3. Solvay yang berpengalaman dengan mesin dan dapat mendesain proses produksi tidak hanya dari sudut pandang kimia tetapi juga dari sudut pandang teknologi kimia. Dia berhasil mengindustrialisasikan prosesnya di tahun 1863.
Keuntungan terbesar proses Solvay adalah penggunaan reaktor tanur bukannya reaktor tangki. Air garam yang melarutkan amonia dituangkan dari puncak tanur dan karbondioksida ditiupkan keda lam tanur dari dasar sehingga produknya akan secara kontinyu diambil tanpa harus menghentikan reaksi. Sistem Solvay menurunkan ongkos secara signifikan, dan akibatnya menggantikan proses Leblanc.
Reaksi utama
NaCl + NH3 + CO2 + H2O –> NaHCO3 + NH4Cl (11.4)
2NaHCO3 –> Na2CO3 + CO2 + H2O (11.5)

Sirkulasi amonia
2NH4Cl + CaO –> 2NH3 + CaCl2 + H2O (11.6)
Pembentukan karbon dioksida CO2 dan kalsium oksida CaO
CaCO3 –> CaO+CO2 (11.7)
Satu-satunya produk samping proses Solvay adalah kalsium khlorida, dan amonia dan karbondioksida disirkulasi dan digunakan ulang. Dalam produksi soda dari garam, poin penting adalah pembuangan khlorin. Dalam proses Leblanc, khlorin dibuang sebagai gas asam khlorida, namun di proses Solvay, khlorin dibuang sebagai padatan tak berbahaya, kalsium khlorida. Karena keefektifan dan keefisienan prosesnya, proses Solvay dianggap sebagai contoh proses industri kimia.

Kimia Inti


Kimia Inti
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari mengenai gejala radioaktivitas yang terjadi pada beberapa isotop, mempelajari radioaktivitas dan peluruhan radioaktif, mempelajari tentang partikel-partikel yang terlibat dalam peluruhan radioaktif, memahami konsep waktu paruh, mempelajari dasar-dasar reaksi fusi dan fisi isotop, serta mempelajari beberapa efek positif maupun negatif penggunaan zat radioaktif dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memahami kimia inti, kita perlu mengetahui struktur dasar atom (lihat : Perkembangan Teori Atom dan Konfigurasi Elektron). Inti merupakan padatan pada pusat atom yang berisi proton dan neutron.  Sementara itu, elektron berada di luar inti, yaitu pada tingkat-tingkat energi tertentu (kulit atom). Proton bermuatan positif, neutron tidak bermuatan, dan elektron bermuatan negatif. Atom yang bersifat netral mengandung jumlah proton dan elektron sama, tetapi jumlah neutron suatu atom pada unsur dapat bervariasi. Atom dari unsur-unsur yang sama dan memiliki jumlah neutron yang berbeda disebut sebagai isotop.
Radioaktivitas didefinisikan sebagai peluruhan spontan dari inti yang tidak stabil. Inti yang tidak stabil dapat terpecah menjadi dua partikel atau lebih lainnya dengan membebaskan sejumlah energi. Pemecahan ini dapat terjadi melalui beberapa cara , bergantung pada atom tertentu yang meluruh.
Kita dapat meramalkan suatu partikel radioaktif yang meluruh dengan mengetahui partikel lainnya. Ramalan ini melibatkan penyetaraan reaksi inti (reaksi inti adalah reaksi yang melibatkan perubahan pada struktur inti).
Penyetaraan reaksi inti merupakan suatu proses yang sangat sederhana. Dalam reaksi inti, kita mengenal istilah reaktan dan produk. Reaktan adalah senyawa yang digunakan, sedangkan produk merupakan senyawa baru yang terbentuk.
Untuk semua reaksi inti yang harus disetarakan, jumlah semua nomor atom pada sisi kiri tanda panah harus sama dengan jumlah semua nomor atom pada sisi kanan tanda panah. Hal yang sama juga berlaku untuk jumlah nomor massa.
Sebagai contoh, kita akan melakukan reaksi inti dengan menembakkan isotop klorin tertentu (Cl-35) dengan menggunakan neutron. Kita mengamati bahwa isotop Hidrogen (H-1) dihasilkan bersama-sama dengan isotop lainnya dan kita ingin mengetahui isotop apakah itu. Persamaan reaksi inti yang terjadi adalah sebagai berikut :
17Cl350n1 →  X1H1
Sekarang, untuk mengetahui isotop yang tidak diketahui (dinyatakan sebagai X), kita harus menyetarakan persamaan reaksi tersebut. Jumlah nomor atom di sisi kiri adalah 17 + 0 = 17. Jadi, kita juga harus mendapatkan jumlah nomor atom di sisi kanan sama, yaitu sama dengan 17. Sekarang, kita mempunyai nomor atom 1 di sisi kanan, sehingga nomor atom dari isotop yang tidak diketahui menjadi 17 – 1 = 16. Nomor atom ini diketahui sebagai unsur belerang (S).
Berikutnya, perhatikanlah nomor massa pada persamaan tersebut. Jumlah nomor massa di sisi kiri adalah 35 + 1 = 36. Kita menginginkan jumlah nomor massa yang sama di sisi kanan, yaitu 36. Sekarang, kita telah memiliki nomor massa 1 di sisi kanan. Dengan demikian, nomor massa dari isotop yang tidak diketahui menjadi 36 – 1 = 35. Ternyata X adalah isotop belerang (S-35).
Berikut ini adalah persamaan reaksi inti yang telah disetarakan :
17Cl350n1 →  16S351H1
Persamaan ini menyatakan transmutasi inti, yaitu perubahan suatu unsur menjadi unsur lainnya dan proses ini dapat dikendalikan oleh manusia. Reaksi perubahan inti unsur semacam ini lebih dikenal dengan istilah transmutasi buatan. Dari contoh di atas, S-35 adalah isotop belerang yang tidak terdapat secara alamiah. Isotop ini adalah isotop buatan manusia. Alkemiawan, yaitu kimiawan zaman dahulu, memimpikan perubahan suatu unsur menjadi unsur lainnya (umumnya plumbul/timbal menjadi emas). Akan tetapi, mereka tidak dapat pernah memulai prosesnya. Kini, para kimiawan, kadang-kadang dapat  mengubah satu unsur menjadi unsur lainnya.
Isotop tertentu bersifat tidak stabil, sehingga inti atom unsur mudah terpecah dengan mengalami peluruhan inti. Kadang-kadang, produk dari peluruhan inti bersifat tidak stabil, sehingga dapat mengalami pelruhan inti berikutnya. Sebagai contoh, bila U-238 (salah satu isotop radioaktif Uranium) pada awalnya mengalamu peluruhan, akan dihasilkan isotop Th-234. Isotop tersebut tidak stabil dan akan mengalami peluruhan kembali membentuk isotop Pa-234. Isotop tersebut pun tidak stabil. Akibatnya, akan terjadi peluruhan terus-menerus sampai akhirnya secara keseluruhan terdapat 14 tahapan untuk menghasilkan produk akhir berupa isotop Pb-206 yang bersifat stabil, sehingga peluruhan selanjutnya tidak akan terjadi.
Sebelum kita membahas bagaimana isotop radioaktif dapat meluruh, kita akan mempelajari mengapa isotop tertentu dapat meluruh. Inti memiliki semua proton yang bermuatan positif yang ada bersama-sama pada volum ruang yang sangat kecil. Semua proton ini akan saling tolak-menolak­ sehingga gaya yang biasanya menahan seluruh inti (perekat inti) kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik. Akibatnya, inti akan terpecah atau mengalami peluruhan inti.
Semua unsur dengan 84 proton atau lebih bersifat tidak stabil, sehingga akhirnya mengalami peluruhan. Isotop lain yang intinya mengandung jumlah proton yang lebih juga dapat bersifat radioaktif. Radioaktivitas berhubungan dengan perbandingan neutron/proton di dalam inti atom. Jika perbandingan neutron/proton (n/p) terlalu tinggi (n/p > 1 ; terlalu banyak neutron ; terlalu sedikit proton), isotop dikatakan kaya neutron. Oleh karena itu, isotop bersifat tidak stabil. Sama halnya bila perbandingan neutron/proton (n/p) terlalu rendah (n/p < 1 ; terlalu sedikit neutron; terlalu banyak proton), isotop dikatakan kaya proton. Isotop semacam ini pun bersifat tidak stabil. Perbandingan neutron/proton (n/p) untuk unsur tertentu harus berada pada kisaran tertentu, sehingga unsur tersebut bersifat stabil. Itulah sebabnya isotop suatu unsur ada yang bersifat stabil dan ada pula yang bersifat radioaktif.
Terdapat tiga cara utama yang menyebabkan terjadinya peluruhan isotop radioaktif secara alami, antara lain :
  1. Pemancaran partikel alfa (α)
  2. Pemancaran partikel beta (β)
  3. Pemancaran radiasi gamma (γ)
Selain itu, terdapat pula dua cara peluruhan radioaktif yang kurang umum, yaitu :
  1. Pemancaran positron (β+)
  2. Penangkapan elektron (e-)
Pemancaran Partikel Alfa
Partikel alfa (α) didefinisikan sebagai partikel bermuatan positif pada inti helium. Partikel alfa tersusun atas dua proton dan dua neutron, sehingga dapat dinyatakan sebagai atom Helium-4 (He-4). Oleh karena partikel alfa terpecah dari inti atom radioaktif, partikel ini tidak memiliki elektron. Dengan demikian, partikel alfa memiliki muatan +2. Partikel alfa (α) merupakan partikel inti Helium yang bermuatan positif (kation dari unsur Helium, He2+). Akan tetapi, elektron pada dasarnya bebas, mudah untuk lepas dan muadh pula untuk didapat. Jadi, secara umum, partikel alfa (α) dapat dituliskan tanpa muatan karena akan dengan cepat mendapatkan 2 elektron dan menjadi atom Helium netral (bukan sebagai ion).
Unsur berat dan besar, seperti Uranium (U) dan Thorium (Th), cenderung melakukan pemancaran (emisi) partikel alfa. Peluruhan inti ini terjadi dengan cara membebaskan dua muatan positif (dua proton) dan empat satuan massa (dua proton + dua neutron). Suatu proses yang sangat hebat. Setiap kali partikel alfa dipancarkan (diemisikan), empat satuan massa hilang.
Sebagai contoh, isotop Radon-222 (Rn-222), dapat mengalami peluruhan dan memancarkan partikel alfa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
86Rn222 →  84Po2182He4
Dalam hal ini, isotop Radon-222 mengalami peluruhan inti dengan membebaskan partikel alfa. Isotop baru yang terbentuk pada proses peluruhan ini adalah isotop baru dengan nomor massa 218 (yang diperoleh dari 222 –  4) dan nomor atom 84 (yang diperoleh dari 86 – 2). Isotop tersebut adalah Polonium (Po).
Pemancaran Partikel Beta
Partikel beta (β) pada dasarnya adalah elektron yang dipancarkan dari inti. Kita tentu akan bertanya, bukankah elektron tidak terdapat di dalam inti atom?Bagaimana elektron dapat dipancarkan dari inti atom yang tidak mengandung elektron?Marilah kita mengikuti penjelasan berikut secara seksama.
Sebagai contoh, saya ingin membahas peluruhan yang terjadi pada isotop Iodin. Isotop Iodin-131 (I-131) digunakan dalam bidang medis sebagai isotop untuk mendeteksi dan mengobati kanker kelenjar gondok (tyroid). Isotop tersebut mengalami peluruhan dan memancarkan partikel beta. Reaksi yang terjadi  adalah sebagai berikut :
53I131 →  54Xe131 -1e0
Pada proses ini, isotop Iodin-131 (I-131) melepaskan partikel beta (elektron). Isotop baru yang dihasilkan memiliki nomor atom 54 dan nomor massa 131. Isotop tersebut adalah Xenon (Xe).
Perhatikanlah bahwa nomor massa tidak berubah dari I-131 menjadi Xe-131. Akan tetapi, nomor atomnya naik satu (dari 53 menjadi 54). Peristiwa yang terjadi di dalam inti atom iodin adalah perubahan neutron menjadi proton dan elektron.
0n1 →  1p1-1e0
Perubahan sebuah neutron menjadi sebuah proton akan diikuti dengan terbentuknya sebuah elektron. Elektron yang terbentuk dipancarkan dari inti atom sebagai partikel beta (β). Isotop dengan perbandingan n/p tinggi sering mengalami pemancaran beta (β). Hal ini terjadi karena peluruhan ini menyebabkan jumlah neutron berkurang satu dan jumlah proton bertambah satu, sehingga menurunkan perbandingan n/p.
Pemancaran Radiasi Gamma
Partikel alfa (α) dan partikel beta (β) mempunyai karakteristik materi. Keduanya memiliki massa tertentu dan menempati ruang. Namun, karena tidak ada perubahan massa yang berhubungan dengan pemancaran sinar gamma (γ), kita dapat menyatakan bahwa pemancaran sinar gamma (γ) sebagai pemancaran radiasi gamma (γ). Radiasi gamma (γ) sangat menyerupai sinar X, yaitu radiasi dengan energi tinggi dan memiliki panjang gelombang pendek (short wavelength). Radiasi sinar gamma umumnya disertai dengan pemancaran partikel alfa dan partikel beta. Tetapi, biasanya tidak dinyatakan pada persamaan reaksi inti yang disetarakan. Beberapa isotop, seperti Cobalt-60 (Co-60), melepaskan sejumlah besar radiasi sinar gamma. Isotop ini sering digunakan untuk pengobatan kanker dengan metode radiasi. Paramedis akan mengarahkan sinar gamma ke tumor, sehingga sinar tersebut diharapkan dapat merusaknya.
Pemancaran Positron
Pemancaran positron tidak terjadi pada isotop radioaktif yang meluruh secara alami, tetapi hal ini terjadi secara alami pada isotop radioaktif buatan manusia. Positron pada dasarnya merupakan elektron yang memiliki muatan positif. Positron dapat terbentuk bila proton di dalam inti atom meluruh menjadi neutron. Positron yang terbentuk ini kemudian dipancarkan dari inti atom.
Proses ini terjadi pada beberapa isotop, seperti isotop Kalium-40 (K-40). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
19K40 →  18Ar40 +1e0
Isotop K-40 memancarkan positron, dan membentuk isotop baru dengan nomor massa 40 dan nomor atom 18. Isotop Argon-40 (Ar-40) telah terbentuk.
Perhatikanlah bahwa nomor massa tidak berubah dari K-40 menjadi Ar-40. Akan tetapi, nomor turun satu (dari 19 menjadi 18). Peristiwa yang terjadi di dalam inti atom kalium adalah perubahan proton menjadi neutron dan melepaskan positron.
1p1 →  0n1+1e0
Perubahan sebuah proton menjadi sebuah neutron akan diikuti dengan terbentuknya sebuah positron. Positron yang terbentuk dipancarkan dari inti atom sebagai partikel positron (β+). Isotop dengan perbandingan n/p rendah sering mengalami pemancaran positron (β+). Hal ini terjadi karena peluruhan ini menyebabkan jumlah proton berkurang satu dan jumlah neutron bertambah satu, sehingga menaikkan perbandingan n/p.
Penangkapan Elektron
Penangkapan elektron merupakan jenis peluruhan inti yang jarang terjadi. Dalam peluruhan ini, elektron dari tingkat energi yang lebih dalam (misalkan subkulit 1s) akan ditangkap oleh inti atom. Elektron tersebut akan bergabung  dengan proton pada inti atom membentuk neutron. Akibatnya, nomor atom berkurang satu dan nomor massanya tetap sama.
1p1 -1e0 →  0n1
Sebagai contoh, reaksi yang terjadi saat penangkapan elektron pada Polonium-204 (Po-204) sebagai berikut :
84Po204-1e0 →  83Bi204 +  sinar-X
Perubahan sebuah proton menjadi sebuah neutron dapat terjadi saat penangkapan sebuah elektron. Isotop dengan perbandingan n/p rendah dapat mengalami penangkapan elektron (e-). Hal ini terjadi karena reaksi ini menyebabkan jumlah proton berkurang satu dan jumlah neutron bertambah satu, sehingga menaikkan perbandingan n/p.
Penangkapan elektron pada subkulit 1s menyebabkan kekosongan pada subkulit 1s. Elektron yang berasal dari subkulit lain dengan level energi yang lebih tinggi akan “turun” untuk mengisi kekosongan ini disertai pembebasan sejumlah energi dalam bentuk sinar X yang tidak tampak.
Waktu Paruh dan Peluruhan Radioaktif
Jika kita dapat melihat sebuah atom isotop radioaktif, seperti U-238, kita tidak dapat meramalkan kapan atom tersebut akan meluruh. Peluruhan ini dapat terjadi dalam waktu beberapa milidetik atau mungkin membutuhkan waktu selama satu abad. Ternyata ada cara sederhana untuk mengetahuinya.
Dibutuhkan waktu tertentu bagi separuh dari atom radioaktif untuk meluruh dan tersisa setengah dari sebelumnya. Kemudian, dibutuhkan juga sejumlah waktu yang sama untuk separuh dari atom radioaktif yang sisa untuk meluruh dan sejumlah waktu yang sama untuk atom radioaktif sisa untuk meluruh dan seterusnya. Banyaknya waktu yang digunakan untuk separuh dari cuplikan meluruh disebut waktu paruh (t1/2).
Berikut ini adalah tabel hubungan waktu paruh (t1/2) dengan jumlah zat radioaktif yang masih tersisa setelah peluruhan :
Waktu Paruh (t1/2)
Persentase Isotop Radioaktif yang Tersisa
0
100,00
1
50,00
2
25,00
3
12,50
4
6,25
5
3,125
6
1,5625
7
0,78 (hasil pembulatan)
8
0,39 (hasil pembulatan)
9
0,19 (hasil pembulatan)
10
0,09 (hasil pembulatan)
Perlu dipahami bahwa waktu paruh (t1/2) peluruhan isotop radioaktif tidak linear.  Peluruhan ini bersifat eksponensial. Jika kita ingin menentukan waktu atau jumlah yang tidak berhubungan dengan kelipatan sederhana pada waktu paruh, kita dapat menggunakan persamaan berikut :
ln (No/Nt) = (0,6963 t) / t1/2
Pada persamaan tersebut, ln adalah singkatan dari logaritma natural (logaritma dengan bilangan pokok e). No adalah jumlah isotop radioaktif mula-mula. Nt adalah jumlah radioisotop yang yang tertinggal pada waktu tertentu (t) dan t1/2 adalah waktu paruh radioisotop. Jika kita mengetahui waktu paruh (t1/2) dan jumlah isotop radioaktif mula-mula (No), kita dapat menggunakan persamaan ini untuk menghitung jumlah radioaktif sisa (Nt) setiap waktu.
Bentuk lain dari persamaan di atas adalah sebagai berikut :
Nt / No = (1/2)^ (t/t1/2)
Waktu paruh bisa menjadi sangat pendek atau sangat panjang. Tabel berikut menunjukkan waktu paruh (t1/2) dari beberapa jenis isotop radioaktif.
Radioisotop
Radiasi yang Dipancarkan
Waktu Paruh (t1/2)
Kr-94
β
1,4 detik
Rn-222
α
3,8 hari
I-131
β
8 hari
Co-60
γ
5,2 tahun
H-3
β
12,3 tahun
C-14
β
5730 tahun
U-235
α
4,5 miliar tahun
Re-187
β
70 miliar tahun
Cuplikan waktu paruh penting untuk diketahui, sebab dapat digunakan untuk menentukan kapan suatu bahan radioaktif aman untuk ditangani. Aturannya adalah suatu cuplikan dinyatakan aman bila radioaktivitasnya telah turun sampai di bawah batas pengamatan (ini terjadi setelah 10 kali waktu paruh). Jadi, jika radioaktif Iodin-131 (I-131) dengan waktu paruh (t1/2) = 8 hari dimasukkan ke dalam tubuh guna mengobati kanker thyroid, bahan ini akan hilang dalam 10 kali waktu paruh atau 80 hari. Hal ini penting untuk diketahui, sebab radioaktif yang digunakan sebagai pelacak medis yang dimasukkan ke dalam tubuh, digunakan oleh seorang dokter untuk melacak suatu saluran, menemukan suatu penghalang atau untuk pengobatan (terapi) kanker. Isotop radioaktif ini harus aktif dalam waktu yang cukup lama untuk pengobatan, tetapi juga harus cukup pendek, sehingga tidak merusak sel-sel atau organ-organ yang sehat.
Aplikasi waktu paruh yang sangat berguna adalah pada pelacakan radioaktif. Ini berhubungan dengan penentuan usia benda-benda kuno.
Karbon 14 (C-14) adalah isotop karbon radioaktif yang dihasilkan di atomosfer bagian atas oleh radiasi kosmis. Senyawa utama di atmosfer yang mengandung karbon adalah karbon dioksida (CO2). Sangat sedikit sekali jumlah karbon dioksida tang mengandung isotop C-14. Tumbuhan menyerap C-14 selama fotosintesis. Dengan demikian, C-14 terdapat dalam struktur sel tumbuhan. Tumbuhan kemudian dimakan oleh hewan, sehingga C-14 menjadi bagian dari struktur sel pada semua organisme.
Selama suatu organisme hidup, jumlah isotop C-14 dalam struktur selnya akan tetap konstan. Tetapi, bila organisme tersebut mati, jumlah C-14 mulai menurun. Para ilmuwan kimia telah mengetahui waktu paruh dari C-14, yaitu 5730 tahun. Dengan demikian, mereka dapat menentukan berapa lama organisme tersebut mati.
Pelacakan radioaktif dengan menggunakan isotop C-14 telah digunakan untuk menentukan usia kerangka yang ditemukan di situs-situs arkeologi. Belakangan ini, isotop C-14 digunakan untuk mengetahui usia Shroud of Turin (kain kafan dari Turin), yaitu sepotong kain linen pembungkus mayat manusia dengan gambaran seorang manusia tercetak diatasnya. Banyak yang berpikir bahwa itu adalah bahan pembungkus Nabi Isa. Tetapi, pada tahun 1988, pelacakan radiokarbon menemukan bahwa bahan tersebut berasal dari tahun 1200-1300 SM. Meskipun kita tidak mengetahui bagaimana bentuk orang itu tercetak pada kain kafan tersebut, pelacakan radioaktif C-14 membuktikan bahwa bahan tersebut bukan kain kafan Nabi Isa.
Pelacakan dengan isotop C-14 hanya dapat digunakan untuk menentukan usia sesuatu yang pernah hidup (organisme). Isotop ini tidak dapat digunakan untuk menentukan umur batuan bulan atau meteorit. Untuk benda-benda mati, para ilmuwan kimia menggunakan isotop lainnya, seperti Kalium 40 (K-40).
Pada tahun 1930-an, para ilmuwan menemukan bahwa beberapa reaksi inti dapat dimulai dan dikendalikan oleh manusia. Para ilmuwan biasanya menembakkan suatu isotop besar dengan isotop kedua yang lebih kecil (umumnya neutron). Tumbukan kedua isotop ini dapat menyebabkan isotop besar tersebut pecah menjadi dua unsur atau lebih. Dalam hal ini, isotop besar mengalami pemecahan inti (nuclear fission/fisi inti).
Sebagai contoh, pemecahan isotop U-235 menjadi dua isotop baru dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi transmutasi berikut :
92U2350n1 →  56Ba14236Kr91 +  3 1n0
Reaksi jenis ini juga membebaskan energi dalam jumlah besar. Berasal dari manakah energi tersebut? Apabila pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi pada semua massa atom dan partikel subatom mula-mula, kemudian semua massa atom dan partikel subatom akhir, lalu membandingkan keduanya. Kita akan memperoleh hasil bahwa terdapat sejumlah massa yang “hilang”. Materi “hilang” selama reaksi inti. Hilangnya materi ini disebut sebagai pengurangan massa atau defek massa. Materi yang “hilang” ini berubah menjadi energi.
Kita dapat menghitung besarnya energi yang dihasilkan dari reaksi fisi selama reaksi inti dengan persamaan yang sangat sederhana, yang telah dikembangkan oleh Albert Einstein (lihat : Kisah Para Ilmuwan ; Albert Einstein), yaitu E = mc2. Pada persamaan ini, E adalah energi yang dihasilkan; m adalah massa yang “hilang” (defek massa); dan c adalah kecepatan cahaya (3,00 x 108 m/s). Kecepatan cahaya dikuadratkan membuat bagian dari persamaan ini mempunyai bilangan yang sangat besar, sehingga bila dikalikan dengan jumlah massa yang kecil hasilnya tetap merupakan sejumlah energi yang besar.
Reaksi Berantai (Chain Reaction)
Pada persamaan fisi isotop U-235 (lihat reaksi di atas) digunakan sebuah neutron. Akan tetapi, reaksi kembali membentuk tiga neutron. Ketiga neutron tersebut, apabila semuanya bertemu dengan isotop U-235 lainnya, dapat memulai pemecahan (fisi) lainnya, yang akan menghasilkan lebih banyak neutron. Ini merupakan efek domino yang telah lama diketahui manusia. Dalam istilah kimia inti, serangkaian pemecahan inti ini disebut reaksi beranai (chain reaction).
Chain reaction ini bergantung pada banyaknya neutron yang dilepaskan, bukan pada banyaknya neutron yang digunakan selama reaksi inti. Saat kita menuliskan persamaan reaksi fisi isotop U-238 (isotop Uranium yang lebih melimpah di alam), kita hanya menggunakan satu neutron dan mendapatkan satu neutron pula. Reaksi berantai tidak dapat terjadi pada isotop U-238. Hanya isotop yang dapat menghasilkan neutron berlebihan pada pemecahannya yang dapat mengalami chain reaction. Jenis isotop ini dikatakan dapat pecah. Hanya ada dua isotop utama yang dapat dipecah selama reaksi inti, yaitu U-235 dan Pu-239.
Rahasia untuk mengendalikan reaksi berantai adalah dengan mengendalikan jumlah neutron. Apabila neutron dapat dikendalikan, energi yang dilepaskan dapat dikendalikan. Itulah yang dilakukan oleh para ilmuwan pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Dalam beberapa hal, pembangkit listrik tenaga nuklir sama dengan pembangkit listrik konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil . Pada jenis pembangkit listrik ini, bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, gas alam) dibakar, dan panasnya digunakan untuk mendidihkan air yang digunakan untuk membuat uap air. Uap airnya kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin yang disambungkan ke generator yang menghasilakn listrik.
Perbedaan nyata antara pembangkit listrik konvensional dan nuklir adalah pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan panasnya melalui reaksi berantai pemecahan inti isotop.
Di Amerika, terdapat kira-kira 100 reaktor nuklir yang menghasilakn sekitar 20 persen kebutuhan listrik negara. Di Perancis, hampir 80 persen listrik negara dihasilkan melalui chain reaction. Keuntungan penggunaan tenaga nuklir adalah tidak perlu membakar bahan bakar fosil (menghemat sumber bahan bakar fosil untuk menghasilkan plastik dan obat-obatan) dan tidak ada produk hasil pembakaran seperti CO2, SO2, dan lainnya yang dapat mencemari air dan udara. Akan tetapi, masih terdapat sejumlah masalah yang berhubungan dengan penggunaan tenaga nuklir.
Masalah pertama adalah biaya. Masalah berikutnya adalah ketersediaan isotop U-235 sangat terbatas. Dari semua Uranium yang terdapat di alam, hanya sekitar 0,75 persennya merupakan U-235. Sebagian besar merupakan isotop U-238 yang tidak dapat dipecah. Keterbatasan jumlah bahan bakar nuklir serupa dengan keterbatasan sumber daya bahan bakar fosil yang tersedia di alam. Akan tetapi, yang menjadi masalah utama (krusial) penggunaan tenaga nuklir adalah tingkat keamanan penggunaan nuklir dan pengelolaan limbah nuklir. Reaktor nuklir harus benar-benar aman dan tidak menghasilkan radiasi yang membahayakan kesehatan para petugas maupun penduduk di area reaktor nuklir berdiri. Sebagai tambahan, limbah yang dihasilkan harus diolah sedemikian rupa agar tetap aman dan tidak membahayakan kesehatan manusia.
Penggabungan Inti (Nuclear Fussion)
Segera setelah proses pemecahan (fisi) ditemukan, proses lainnya yang disebut fusi (penggabungan) ditemukan. Reaksi fusi pada dasarnya merupakan kebalikan dari reaksi fisi. Pada reaksi fisi, inti yang lebih berat dipecah menjadi inti yang lebih kecil. Sebaliknya, pada reaksi fusi, inti yang lebih ringan digabung menjadi inti yang lebih berat.
Proses penggabungan (fusi) adalah reaksi yang memberikan tenaga pada matahari. Di matahari, pada serangkaian reaksi inti, empat isotop H-1 digabung menjadi He-4 dengan membebaskan sejumlah besar energi. Di bumi, dua isotop hidrogen lainnya yang digunakan dalam reaksi fusi adalah Deuterium (H-2) dan Tritium (H-3). Deuterium adalah isotop hidrogen yang ada dalam jumlah kecil, tetapi masih tetap melimpah. Sedangkan Tritium tidak terjadi secara alami, tetapi dapat dengan mudah diproduksi dengan cara menembakkan Deuterium dengan neutron. Reaksi penggabungan antara Deuterium dan Tritium adalah sebagai berikut :
1H2 1H3 →  2He40n1
Aplikasi penggabungan inti yang pertama kali adalah pada penggunaan bom Hidrogen yang dilakukan oleh militer. Bom Hidrogen mempunyai tenaga 1000 kali lebih kuat dari bom atom biasa.
Tujuan penggunaan reaksi fusi adalah menghasilkan energi dalam jumlah melimpah. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah sulitnya mengendalikan reaksi fusi.  Jika energi dari reaksi ini dapat dikendalikan dan dilepaskan secara perlahan-lahan, maka dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Cara ini akan memberikan persediaan energi yang tidak terbatas sekaligus tidak menghasilkan polutan yang membahayakan atmosfer.
Efek Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan dua efek utama pada tubuh, yaitu merusak sel dengan panas dan mengionisasi sekaligus memecahkan sel. Radiasi menghasilkan panas. Panas ini dapat merusak jaringan, sama seperti yang terjadi pada kulit yang terbakar matahari. Faktanya, istilah luka bakar radiasi umumnya digunakan untuk menjelaskan kerusakan kulit dan jaringan karena adanya panas.
Cara utama radiasi merusak tubuh organisme adalah melalui pemecahan sel dan ionisasi. Partikel radioaktif dan radiasi mempunyai energi kinetik yang besar. Saat partikel ini menyerang sel di dalam tubuh, partikel dapat memecah (merusak) sel ata mengionisasi sel, sehingga sel menjadi ion-ion (bermuatan listrik) dengan menghilangkan satu elektron.  Ionisasi ini akan melemahkan ikatan dan dapat menyebabkan kerusakan, pemusnahan, atau mutasi DNA pada sel.
Referensi:
Andy. 2009. Pre-College Chemistry.
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia: Pakar Raya.